Blogger news

Pages

Thursday, September 26, 2013

PENTINGNYA WIRA USAHA

PENTINGNYA WIRA USAHA

            “Sarjana pengangguran” masih menjadi problematika hingga saat ini. Para sarjana akan berbondong-bondong untuk memburu kesempatan kerja ketika lowongan pekerjaan dibuka. Padahal, kesempatan bekerja menjadi pegawai, baik di swasta maupun pegawai negeri sipil (PNS), sangat terbatas. Pengumuan penerimaan calon PNS tiap tahun pun selalu dibanjiri para pemburu kerja, terutama para sarjana. Tentunya kesempatan menjadi pegawai swasta atau PNS tersebut memiliki peluang yang sangat kecil, sangat tidak seimbang antara jumlah peminat dengan kapasitas daya tampung.
            Banyak orang memiliki mindset yang salah, mereka berpikir dengan mengenyam kuliah di PT yang diidamkan, akan lebih mudah memperoleh pekerjaan, tanpa bersusah payah berkompetisi. Tetapi saat atribut sarjana sudah didapat, ternyata mereka dibelit dengan persoalan lapangan kerja. Akhirnya sarjana hanya menjadi bagian dari antrean beban angkatan tenaga yang bertambah setiap tahunnya.
            Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2013, jumlah pengangguran jumlah sarjana yang masih menganggur sebanyak 360 ribu orang, atau 5,04% dari total jumlah pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang.
            Tingginya tingkat pengangguran yang dialami oleh para lulusan perguruan tinggi menandakan bahwa para sarjana masih menjadi problem dan menambah beban berat angkatan kerja. Problem itu hendaknya menjadi perhatian semua pihak, baik oleh perguruan tinggi maupun alumnus, dan semua pihak yang memiliki kepentingan bagi masa depan anak bangsa dalam rangka ikut mengatasi angka pengangguran, terutama pengangguran terdidik.
            Para sarjana yang terjun ke masyarakat lebih memilih mencari pekerjaan dengan menjadi pegawai swasta atau negeri daripada bersusah payah membuat pekerjaan untuk dirinya sendiri. Orientasi tak mau bersusah payah dan meraih kesuksesan secara instan telah menjangkiti angkatan kerja usia produktif. Dampak dari perkembangan dan kemajuan teknologi yang membuat manusia mudah untuk memperoleh kebutuhan, ternyata berdampak kepada rendahnya mental untuk berusaha dan bersusah payah ketika problem kehidupan mereka alami. Oleh karena itu, perlu ada satu kesadaran dalam upaya mengatasi problem ketenagakerjaan, terutama para sarjana sebagai tenaga kerja terdidik.
            Salah satu upaya untuk mengatasi dan mencegah pengangguran bagi kalangan terdidik, terutama para sarjana, adalah perlu secara serius mempersiapkan generasi sarjana enterpreneur (wirausahawan). Menurut ahli sosiologi David McCelland, suatu negara bisa menjadi makmur bila memiliki minimal dua persen enterpreneur dari jumlah penduduk negara tersebut. Dari data statistik, saat ini di Indonesia baru memiliki 0,18 % enterpreneur atau sekitar 400,000 dari penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 220 juta jiwa.
            Para sarjana adalah kaum intelektual yang tentunya memiliki kemampuan akademis dan teori yang cukup untuk dapat mandiri. Jika entrepreneurship dimasukan sebagai mata kuliah, hal tersebut merupakan pilihan cerdas. Sehingga paradigma atau mindset para sarjana bagaimana saya mencari pekerjaan setelah lulus dapat diubah menjadi bagaimana saya menciptakan lapangan pekerjaan.
            Pendidikan kewirausahaan bukan semata-mata untuk kepentingan dunia bisnis, melainkan setiap lapangan pekerjaan yang memiliki semangat, pola pikir, dan karakter enterpreneur akan membuat perbedaan, perubahan, dan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka di luar bidang dunia bisnis. Jiwa enterpreneur akan memiliki daya kreatif dan inovatif, mencari peluang dan berani mengambl risiko.
                Pendidikan enterpreneur akan memberikan karakter para sarjana memiliki mental dan moral yang kuat, jiwa kemandirian, dan sikap ulet (tahan banting), pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, serta mampu mengahadapi persaingan global. Dengan sikap kreatif, mandiri, ulet, dan didukung dengan karakter yang baik, maka para sarjana akan mampu mengatasi problem dirinya sendiri. Bahkan bisa memberikan kontribusi dalam ikut memecahkan problem kehidupan yang dihadapai oleh masyarakat.
                Jika para sarjana memiliki sikap dan mental kemandirian yang ditumbuhkan melalui pendidikan kewirausahaan, maka tidak canggung lagi setelah terjun di masyarakat. Seandainya satu orang sarjana bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk satu orang saja, maka paling tidak problem pengangguran dapat berkurang dua orang. Jika ribuan sarjana masing-masing dapat menciptakan lapangan pekerjaan minimal untuk satu orang, maka dua kali lipat dari ribuan tersebut, beban pengangguran akan teratasi.
            Untuk mewujudkan mental wirausaha tentunya perlu dukungan besar dari pemerintah, orangtua, masyarakat dan semua pihak. Misalnya pemerintah menyediakan dana untuk sarjana baru berwirausaha. Paradigma masyarakat “bangga menjadi pegawai” harus diubah menjadi “bangga menjadi pengusaha”.
            Dengan demikian para sarjana tidak hanya tumbuh sebagai kaum intelektual juga akan tumbuh sebagai wirausaha baru yang akan berperan dalam menciptakan lapangan kerja (bukan pencari kerja ) dan dapat berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan dan mencapai kemakmuran bangsa.

0 comments:

Post a Comment