PENTINGNYA WIRA USAHA
“Sarjana pengangguran” masih menjadi
problematika hingga saat ini. Para sarjana akan berbondong-bondong untuk
memburu kesempatan kerja ketika lowongan pekerjaan dibuka. Padahal, kesempatan
bekerja menjadi pegawai, baik di swasta maupun pegawai negeri sipil (PNS),
sangat terbatas. Pengumuan penerimaan calon PNS tiap tahun pun selalu dibanjiri
para pemburu kerja, terutama para sarjana. Tentunya kesempatan menjadi pegawai
swasta atau PNS tersebut memiliki peluang yang sangat kecil, sangat tidak
seimbang antara jumlah peminat dengan kapasitas daya tampung.
Banyak orang memiliki mindset yang salah, mereka berpikir
dengan mengenyam kuliah di PT yang diidamkan, akan lebih mudah memperoleh
pekerjaan, tanpa bersusah payah berkompetisi. Tetapi saat atribut sarjana sudah
didapat, ternyata mereka dibelit dengan persoalan lapangan kerja. Akhirnya
sarjana hanya menjadi bagian dari antrean beban angkatan tenaga yang bertambah
setiap tahunnya.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2013, jumlah
pengangguran jumlah sarjana yang masih menganggur sebanyak 360 ribu orang, atau
5,04% dari total jumlah pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang.
Tingginya
tingkat pengangguran yang dialami oleh para lulusan perguruan tinggi menandakan
bahwa para sarjana masih menjadi problem dan menambah beban berat angkatan
kerja. Problem itu hendaknya menjadi perhatian semua pihak, baik oleh perguruan
tinggi maupun alumnus, dan semua pihak yang memiliki kepentingan bagi masa
depan anak bangsa dalam rangka ikut mengatasi angka pengangguran, terutama
pengangguran terdidik.
Para sarjana
yang terjun ke masyarakat lebih memilih mencari pekerjaan dengan menjadi
pegawai swasta atau negeri daripada bersusah payah membuat pekerjaan untuk
dirinya sendiri. Orientasi tak mau bersusah payah dan meraih kesuksesan secara
instan telah menjangkiti angkatan kerja usia produktif. Dampak dari
perkembangan dan kemajuan teknologi yang membuat manusia mudah untuk memperoleh
kebutuhan, ternyata berdampak kepada rendahnya mental untuk berusaha dan
bersusah payah ketika problem kehidupan mereka alami. Oleh karena itu, perlu
ada satu kesadaran dalam upaya mengatasi problem ketenagakerjaan, terutama para
sarjana sebagai tenaga kerja terdidik.
Salah satu
upaya untuk mengatasi dan mencegah pengangguran bagi kalangan terdidik,
terutama para sarjana, adalah perlu secara serius mempersiapkan generasi
sarjana enterpreneur (wirausahawan). Menurut
ahli sosiologi David McCelland, suatu negara bisa menjadi makmur bila memiliki minimal
dua persen enterpreneur dari jumlah
penduduk negara tersebut. Dari data statistik, saat ini di Indonesia baru
memiliki 0,18 % enterpreneur atau sekitar 400,000 dari penduduk Indonesia yang
berjumlah kurang lebih 220 juta jiwa.
Para sarjana adalah kaum intelektual yang tentunya memiliki
kemampuan akademis dan teori yang cukup untuk dapat mandiri.
Jika entrepreneurship dimasukan
sebagai mata kuliah, hal tersebut merupakan pilihan cerdas. Sehingga paradigma atau mindset para sarjana “bagaimana saya mencari pekerjaan setelah
lulus” dapat diubah menjadi “bagaimana saya menciptakan lapangan pekerjaan”.
Pendidikan
kewirausahaan bukan semata-mata untuk kepentingan dunia bisnis, melainkan
setiap lapangan pekerjaan yang memiliki semangat, pola pikir, dan karakter enterpreneur akan membuat perbedaan,
perubahan, dan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka di luar
bidang dunia bisnis. Jiwa enterpreneur
akan memiliki daya kreatif dan inovatif, mencari peluang dan berani mengambl
risiko.
Pendidikan enterpreneur
akan memberikan karakter para sarjana memiliki mental dan moral yang kuat, jiwa
kemandirian, dan sikap ulet (tahan banting), pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai, serta mampu mengahadapi persaingan global. Dengan sikap kreatif, mandiri, ulet,
dan didukung dengan karakter yang baik, maka para sarjana akan mampu mengatasi
problem dirinya sendiri. Bahkan bisa memberikan kontribusi dalam ikut
memecahkan problem kehidupan yang dihadapai oleh masyarakat.
Jika para sarjana memiliki sikap dan mental kemandirian yang
ditumbuhkan melalui pendidikan kewirausahaan, maka tidak canggung lagi setelah
terjun di masyarakat. Seandainya satu orang sarjana bisa menciptakan lapangan
pekerjaan untuk satu orang saja, maka paling tidak problem pengangguran dapat berkurang
dua orang. Jika
ribuan sarjana masing-masing dapat menciptakan lapangan pekerjaan minimal untuk
satu orang, maka dua kali lipat dari ribuan tersebut, beban pengangguran akan
teratasi.
Untuk
mewujudkan mental wirausaha tentunya perlu dukungan besar dari pemerintah,
orangtua, masyarakat dan semua pihak. Misalnya pemerintah menyediakan dana
untuk sarjana baru berwirausaha. Paradigma masyarakat “bangga menjadi pegawai”
harus diubah menjadi “bangga menjadi pengusaha”.
Dengan
demikian para sarjana tidak hanya tumbuh sebagai kaum intelektual juga akan
tumbuh sebagai wirausaha baru yang akan berperan dalam menciptakan lapangan
kerja (bukan pencari kerja
) dan dapat berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan dan mencapai kemakmuran
bangsa.